Diantara sekian banyak daerah tempat Sunan Bonang berdakwah, ada satu tempat di Jawa Timur yang terkenal. Daerah tersebut adalah Tuban, salah satu kabupaten yang ada di Jawa Timur. Disini adalah tempat dimana salah satu wilayah Kerajaan Majapahit yang mana Bupatinya beragama Islam. Di Tuban terdapat sebuah masjid yang berdiri sangat megah, masjid tersebut dikenal dengan nama Masjid Tuban. Begitu megahnya hingga masjid ini terlihat seperti bangunan-bangunan yang ada pada dongeng 1001 malam. Berikut adalah gambaran singkat terkait Masjid Agung Tuban:
- Lokasi
Terletak di barat alun-alun Tuban, jadi masjid ini memang berada di tengah kota dan bersebelahan dengan situs penting yaitu Kompleks Makam Sunan Bonang. Setiap tahunnya makam Sunan Bonang ramai dikunjungi oleh masyarakat Indonesia yang melakukan ziarah.
- Arsitektur
Arsitektur Masjid Agung Tuban cukup menarik karena memadukan budaya dari negara-negara timur seperti Turki, Arab dan India. Masjid Agung Tuban memiliki gedung masjid utama yang diapit oleh 4 menara besar, dan juga 2 bangunan serambi di bagian kanan serta kiri plus 2 menari lainnya yang lebih tinggi.
Masjid yang sangat megah ini sering kali dikaitkan dengan Sunan Bonang, salah satu wali dari Wali Songo yang sangat terkenal di masa lalu. Bila dilihat dari lokasinya, Masjid Agung Tuban juga berdekatan dengan Kompleks Makam Sunan Bonang. Sebenarnya apakah ada hubungannya antara masjid ini dengan Sunan Bonang?
Sepintas Tentang Sunan Bonang
Kota Tuban yang ada di Jawa Timur memang selalu lekat dengan Sunan Bonang, namun sebenarnya Tuban bukanlah satu-satunya kota yang disinggahi oleh Sunan Bonang ketika ia melakukan dakwah di pulau Jawa. Walaupun begitu, karena Sunan Bonang dimakamkan di Tuban terkadang masyarakat Indonesia menyebutnya dengan Sunan Tuban. Sama seperti wali-wali lainnya, Sunan Bonang pun mendirikan masjid sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan dakwahnya. Akan tetapi masjid yang dimaksud disini bukanlah Masjid Tuban, melainkan Masjid Astana yang ada dalam Kompleks Makam Sunan Bonang namun masih bersebelahan dengan Masjid Agung Tuban. Kedua masjid tersebut sama-sama sebagai tempat ibadah, sama-sama memiliki karpet sajadah untuk melaksanakan ibadah di dalam masjid.
Sunan Bonang bukanlah nama aslinya, nama asli beliau adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau disebut Sunan Bonang karena untuk melakukan dakwahnya beliau menggunakan Bonang (alat musik tradisional). Bonang merupakan salah satu instrumen dalam gamelan yang terbuat dari kuningan atau besi dan bagian tengahnya menonjol. Bagian tengah tersebutlah yang akan dipukul untuk menghasilkan suara-suara musik yang merdu. Karena alunan musik yang merdu tersebut, masyarakat pun banyak yang tertarik dan datang ke masjid. Sunan Bonang sudah memprediksi hal tersebut dan membuat kolam di depan masjid. Jadi siapapun yang ingin masuk ke dalam masjid harus membasuh kakinya terlebih dahulu. Tembang-tembang yang dinyanyikan oleh Sunan Bonang yaitu tembang-tembang yang berisikan ajaran dalam Islam.
Masjid Agung Tuban Dan Sunan Bonang
Sebelum akhirnya menjadi Masjid Tuban, masjid ini lebih dikenal dengan nama Masjid Jami’ Tuban. Karena kentalnya sejarah antara Sunan Bonang dan Masjid Agung Tuban, banyak orang yang mengira bahwa masjid ini berkaitan dengan Sunan Bonang yang berdakwah di Tuban. Menurut sejarah, Sunan Bonang dan Masjid Agung Tuban tidak ada kaitannya sama sekali. Hal tersebut karena Masjid Agung Tuban sudah ada jauh dari masa Sunan Bonang, sekitar 4 abad setelah masa-masa Sunan Bonang. Walaupun begitu, Masjid Agung Tuban telah menjadi saksi keberhasilan dakwah-dakwah yang diberikan oleh Sunan Bonang di Tuban, Jawa Timur. Lebih tepatnya, Masjid Agung Tuban dibangun di abad ke 15 masehi, lebih tepatnya dibangun pada masa pemerintahan Bupati Tuban ke 7 yang bernama Adipati Raden Ario Tedjo. Bupati Tuban yang ke 7 tersebut menjadi Bupati Tuban pertama yang akhirnya memeluk Islam.
Dari perkembangannya sejak pertama kali berdiri hingga sekarang, Masjid Agung Tuban telah mendapatkan berbagai perubahan (renovasi). Renovasi yang pertama dilakukan di tahun 1894 saat pemerintahan Raden Toemenggoeng Koesoemodiko sebagai Bupati Tuban ke 35. Saat itu beliau menggunakan jasa arsitek yang memiliki kebangsaan Belanda yang bernama BOHM Toxopeus. Informasi ini sesuai dengan yang tertulis pada prasasti yang ada di depan masjid: Batu yang pertama dari inie missigit dipasang hari Ahad, 29 Juli 1894 oleh Raden Roemengoeng Koesoemodiko.
Bila dibandingkan dengan masjid-masjid lainnya, Masjid Agung Tuban memiliki ciri khasnya tersendiri. Seperti yang telah disebutkan di atas, untuk garis besar dari arsitektur Belanda sendiri memiliki bangunan besar yang terdiri dari 2 bagian, yaitu ruang sholat utama dan juga serambi. Bentuk keduanya tidak akan terpengaruh oleh bentuk-bentuk masjid yang ada di Jawa dengan atap yang tersusun 3. Sebenarnya Indonesia tidak hanya mengambil ide dari arsitektur Eropa, India dan juga Timur Tengah sehingga kalau anda memperhatikan, Masjid Agung Tuban sekilas mirip dengan Masjid Baiturrahman yang ada di Banda Aceh. Baru-baru ini, tepatnya di tahun 2004 Masjid Agung tuban melakukan renovasi total. Renovasi ini membuat Masjid Agung Tuban menjadi seperti sekarang.